Konsep 6 Ruas Jalan Tol, Apakah Solusi Kemacetan DKI? (bagian 2)
Azas Tigor Nainggolan, Ketua Dewan Transportasi Kota Jakarta setali tiga uang. “Ya kita ini sedang berjuang memecah kemacetan yang disebabkan tingginya penggunaan kendaraan pribadi karena buruknya layanan angkutan umum. Loh, kok malah mau bikin jalan (tol) baru yang justru akan membangkitkan jumlah pengguna kendaraan pribadi lagi. Kan jadi kontra produktif dengan upaya pengendalian penanganan kemacetan itu sendiri,” ujar Tigor.
Tigor juga tidak sependapat dengan alasan angkutan umum dan busway bisa melintas di tol. “Siapa penumpangnya? Wong penumpangnya adanya di bawah, di jalan reguler kok. Penyediaan jalur busway di jalan tol baru tersebut hanya pemanis saja supaya enggak ditolak publik,” ungkapnya.
Menurut Tigor pula, pembangunan 6 ruas tol dalam kota itu semata proyek dan cari untung di tengah penderitaan kemacetan Jakarta. “Coba lihat jalan mana di Jakarta yang kosong? Enggak ada kan, semua penuh dan macet. Makanya banyak investor yang mau investasi di proyek jalan tol ini,” sebutnya..
Agus Pambagio, pengamat publik juga tidak setuju. “Di luar negeri seperti Seoul (Korsel) dan California (AS), jalan tol dalam kota justru dirobohkan. Kenapa di sini malah akan dibangun? Masalah justru akan timbul di pintu keluar tol, karena akan terjadi penumpukkan kendaraan,” kata Agus.